Buku 89 Kesalahan Seputar Puasa Ramadhan
Kode: BK1793
Harga:
Rp. 32.000
Rp. 27.200 (Diskon)
Penulis: Abdurrahman Al-Mukaffi
Penerbit: Darul Falah
Judul Kitab Asli: Mukhtashar Minhajul Qashidin
Ukuran: 14 cm x 21 cm
Cover: Soft Cover
Berat: 350 Gram
Tebal: 214 Halaman
Resensi:
Segala puji bagi Allah Rabbul Alamin. Buku ini membahas kesalahan-kesalahan yang banyak dijumpai dilakukan oleh kaum muslimin berkaitan dengan puasa di bulan ramadhan, berikut di antara isinya:
***
Melafazhkan Niat Berpuasa
Sebagian besar kaum Muslimin melafazhkan niat berpuasa dengan do’a yang artinya:
‘Saya niatkan puasa esok hari untuk menjalankan kewajiban bulan ramadhan pada tahun ini karena Allah ta’ala.”
Melafazhkan niat berpuasa sebagaimana doa di atas tidak datang dari perbuatan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya sebagai generasi terbaik dari umat ini.
Tempat niat adalah hati dan bukan lisan menurut kesepakatan para imam kaum Muslimin di dalam segala bentuk ibadah: Shalat , bersuci, zakat, haji, puasa, memerdekakan budak, jihad dan selainnya. Jika seseorang mengucapkan dengan lisannya sekalipun bertentangan dengan apa yang ia niatkan di dalam hati, bukan dari lafazhnya. jika seseorang mengucapkan dengan lisannya sedangkan tidak ada niat di dalam hatinya, maka yang demikian itu tidak cukup baginya menurut kesepakatan para imam kaum Muslimin.
Niat yang wajib di dalam berbagai macam ibadah seperti wudhu, mandi, shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya tempatnya adalah hati menurut kesepakatan para imam kaum Muslimin.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallaahu ‘Anhuma bahwa ia mendengar orang berkata dalam ihramnya, “ya Allah, aku berniat haji atau umrah.” Ibnu ‘Umar berkata kepada orang tersebut, “Apakah engkau memberi tahu manusia? Bukankah Allah lebih tau terhadap apa saja yang ada dalam jiwamu?”
Imam Malik Rahimahullah juga berpendapat seperti itu dalam arti tidak menyunahkan penyebutan maksud ihramnya (haji atau umrah). Itu disebutkan salah seorang sahabat Imam Malik yang tidak lain adalah penulis buku Tahdzibul Mudawwamah. Abu Dawud berkata, ”aku berkata kepada Imam Ahmad, ‘Apakah engkau mengatakan sesuatu sebelum bertakbir dalam shalat?’ Imam Ahmad menjawab, ‘Tidak.’ Ini masuk dalam pembahasan bahwa Imam Ahmad tidak mengucapkan niat.” Wallahu A’lam.
***