Buku Bid’ahkah Ilmu Hisab?! (Stok Kosong)
Kode: BK423
Harga:
Rp. 38.000
Rp. 32.300 (Diskon)
Penulis: Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf
Penerbit: Pustaka Al Furqon
Ukuran: 14 cm x 21 cm
Berat: 0,4 kg
Resensi:
Di antara kenikmatan agung yang Alloh anugerahkan kepada kaum muslimin adalah sempurnanya agama Islam. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. al-Maidah: 3)
Tidak ada satu perkara pun yang mendekatkan diri mereka kepada Alloh dan menjauhkan mereka dari murka-Nya kecuali telah Alloh jelaskan dengan gamblang dan jelas.
Dari Abu Dzar -Rodliallahu Anhu- berkata: “Kita ditinggalkan Rosululloh dan tidak ada satu burung pun yang mengepakkan kedua sayapnya di angkasa melainkan beliau telah menyampaikan kepada kami ilmunya. Dan Rosululloh pun bersabda: ‘Tidak tersisa sesuatu pun yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah dijelaskan pada kalian.’ ” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Kabir: 1647 dengan sanad shohih)
Demikian juga, tidak ada satu pun dari hukum syariat baik yang berlaku pada masa Rosululloh masih hidup atau pun sepeninggal beliau sampai nanti hari kiamat kecuali pasti ditemukan jawabannya dalam al-Qur’an maupun as-sunnah, baik secara tegas atau pun secara isyarat, keumuman dalil serta illat hukum.
Sebagai contoh mudah, perhatikan firman Alloh:
Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal (peranakan kuda dengan keledai) dan keledai, agar kamu menungganginya dan(menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (QS. an-Nahl: 8)
Di sini dengan tegas Alloh menyampaikan kepada kita bahwa Dia akan menciptakan apa yang tidak diketahui oleh para sahabat.
Para sahabat yang hidup di zaman Rosululloh tidak mengetahui kondisi hidup di kutub selatan atau utara, yang mana peredaran matahari (yang normalnya dari terbit sampai terbit lagi berkisar 24 jam) di daerah ini tidak seperti pada daerah lainnya. Lalu bagaimana dengan waktu sholatnya? Ternyata hal ini telah dijawab oleh beliau dengan isyarat pada hadits Dajjal, di mana beliau -Sholallahu Alaihi Wassalam- bersabda tentang waktu hidup Dajjal di muka bumi: “Empat puluh hari, satu hari seperti satu tahun, hari berikut-nya seperti satu bulan, hari berikutnya seperti satu pekan dan lainnya seperti hari-hari biasa.” Para sahabat bertanya: “Wa-hai Rosululloh, satu hari yang seperti satu tahun, apakah boleh kita sholat seperti satu hari saja?” Maka Rosululloh menjawab: “Tidak, namun perkirakanlah ukurannya.” (HR. Muslim)
Rokok tidak pernah dikenal manusia pada zaman Rosululloh, namun hukum menghisap rokok sangat gamblang akan keharaman-nya berdasarkan keumuman dalil al-Qur’an dan as-sunnah. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. al-Baqoroh: 195)
Rosullulloh Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda,
“Tidak boleh berbuat sesuatu yang membahayakan (baik terhadap diri sendiri maupun orang lain).” (HR. Ibnu Majah 2/784, Baihaqi 10/133, Ahmad 1/313, Daruquthni 4/228, Hakim 2/57 dan beliau mengatakan shohih menurut syarat Imam Bukhori-Muslim dan disepakati oleh Imam Dzahabi)
Kalau masih ada yang ngeyel (bersikeras) berkata: “Itu ‘kan relatif, berbeda antara satu orang dengan lainnya?”
Kami katakan: Serahkan semua masalah kepada ahlinya, sehingga tidak asal bicara. Bukankah semua dokter dan ahli kesehatan dunia- muslim maupun kafir- sepakat mengatakan bahwa rokok itu berbahaya? Bahkan di bungkus dan iklan rokok wajib ditulis: “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.”
Alangkah bagusnya apa yang diceritakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin -rahimahulloh- :
Suatu ketika Syaikh Muhammad Abduh sedang berada di Inggris. Saat itu beliau sedang makan,di sebuah rumah makan.si sebuah rumah makan, ternyata disisinya ada seorang pendeta kristen dan dia bertanya kepada bertanya kepada Syaikh: “Dalam al-Qur’an disebutkan:
Dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS. An-Nahl [16]: 89)
Sekarang saya bertanya, apakah dalam al-Qur’an diterangkan bagaimana caranya membuat makanan ini?”
Maka Syaikh (Muhammad Abduh) menjawab: “Ya, hal ini diterangkan dalam al-Qur’an.”
Pendeta Kristen dengan setengah bengong berkata: “Di ayat mana?”
Maka Syaikh memanggil pelayan rumah makan dan bertanya: “Bagaimana cara membuat makanan ini?” Pelayan tadi menjelaskan secara terperinci. Setelah selesai, Syaikh berkata kepada pendeta: “Begitulah caranya sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an.”