Buku Mantan Kiai Nu Menggugat Tahlilan, Istighosahan dan Ziarah Para Wali (Stok Kosong)
Kode: BK830
Harga Buku:
Rp. 120.000
Rp. 96.000 (Diskon)
Penulis: H.Mahrus Ali
Penerbit: Laa Tasyuki Press
Ukuran: 23 cm x 15 cm
Tebal: 609 Halaman,
Sampul : Soft Cover
Berat: 800gr
Resensi:
“Mana dalilnya? Kok enak saja ngomongin tahlilan, selamatan, dan ziarah wali, dikatakan bid’ah. Itukan hanya omongan orang-orang yang anti tahlilan. Coba! Tunjukkan mana yang salah dalam amalan kami ini? Dzikir-dzikir yang dibacakan adalah banyak dari ayat al-Qura’an dan meng-Agungkan asma’ Allah, bukan mantra-mantra, gitu kok dikatakan bid’ah!!! Lihat keberhasilan dakwah kami, yang begitu menyentuh hati sehingga banyak umat yang simpati, dari kalangan awam sampai cendekiawan bahkan kalangan istana pun ikut-ikutan latah! Bukan seperti dakwah mereka yang bisanya hanya membid’ahkan dan memojokkan golongan orang yang doyan tahlilan, bahkan menegaskan akan masuk ke dalam neraka. Coba lihat, buku-buku mereka yang anti tahlilan, intinya kan hanya bisa menggugat dan mengkritik amaliah-amaliah kami yang populer dan sudah mengakar di hati umat ini! Judulnya pun banyak yang membingungkan dan memecah belah persatuan umat, di antaranya : Tahlil dan Selamatan Menurut Madzhab Syafi’i, Yasinan, Tahlilan dan Selamatan. Itukan hasyud dan iri hati dengan kesuksesan dakwah kami.”
Namun bagaimana jika yang menggugat semua amalan yang bid’ah, syirik dan kufur kepada Allah tersebut adalah seorang mantan Kiai sang pelaku bid’ah itu sendiri, yang pasti doyan dengan tahlilan, selamatan, istighosahan dan ziarah wali atau ke tempat-tempat yang dianggap keramat. Tentunya Pak Kiai ini dengan membawa dalil dari al-Qur’an dan As-Sunnah yang shohih, bukan asal-asalan dan nglantur asal ngomong yang tidak berdalil. Apakah ada yang masih tidak percaya? Bahwa semua amaliah yang mereka kerjakan tersebut bid’ah dan tertolak yang harus ditinggalkan dan dijauhi sejauh-jauhnya!
Generasi sekarang sudah waktunya untuk senantiasa belajar agama kepada ahli hadist yang shohih dan harus berani menolak tuntunan atau ajaran yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah, bukan malah latah ikut-ikutan orang sesat dan menyesatkan. Kalau bukan Rasulullah, siapa lagi teladan kita? Apa mbah kiai, ustadz, habib atau orang yang kita anggap alim? Agar amaliah yang kita kerjakan dari usia baligh sampai tua tidak sia-sia belaka, dan kita tidak akan kecewa di akhir hayat nanti. Sungguh apa yang dipaparkan oleh mantak Kiai NU dalam buku ini, tidak berlebihan dan mengada-ada. Ia begitu jelas dan gamblang. Disertakan juga hadist-hadist yang shohih dan kitab referensi mulai dari Imam Syafi’i sebagai panutan mayoritas umat Islam Indonesia, sampai para ulama Saudi yang pasti tingkat ketauhidannya sudah diakui oleh seluruh ulama dunia.