Buku Sifat Shalat Tahajjud Rasulullah
Kode: BK1515
Harga:Rp. 32.000
Rp. 27.200 (Diskon)
Penulis: Syaikh DR. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani
Penerbit: Media Tarbiyah
Tebal: 160 Halaman, Soft Cover
Berat: 0,2 Kg
Ukuran: 15 x 21 cm
Disertai Fatwa, Nasehat dan Catatan 3 Ulama Besar Abad Ini:
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Resensi:
Shalat tahajjud merupakan amalan yang seharusnya dilakukan oleh setiap muslim. Karena pada waktu tersebutlah doa-doa ijabah oleh Allah Ta’ala. Dan merupakan suatu amalan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam buku ” Sifat Shalat Tahajjud Rasulullah” ini akan dijelaskan mengenai sifat shalat tahajjud nya nabi, meliputi pengertian akan makna shalat tahajjud, keutamaan dari shalat ini, kapan waktu yang paling utama dalam melaksanakannya, jumlah rakaat, adab-adab dalam shalat tahajjud serta sebab-sebab yang dapat membantu seorang muslim dalam menunaikannya.
Di dalam buku ini juga dijabarkan mengenai shalat witir serta hukum-hukumnya, keutamaan shalat witir, waktu pelaksanaannya, caranya serta jumlah rakaat dan bacaan surat yang dibaca ketika shalat witir.
Disamping itu pula akan dijelaskan mengenai hukum mengqadha shalat witir bagi yang tertidur atau terlupa untuk melaksanakannya.
Diantara cuplikan isi buku ini:
***
Waktu yang Paling Utama untuk Mengerjakan Qiyamul Lail
Waktu yang paling utama untuk mengerjakan qiyamul lail adalah sepertiga malam terakhir. Meski demikian, shalat malam itu boleh dikerjakan pada awal malam, pertengahan malam, maupun di akhir malam. Hal ini berdasarkan riwayat dari Anas Radhiyallahu Anhu, ia berkata, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berbuka sebulan hingga saya mengira beliau ini tidak pernah berpuasa. Dan pernah beliau berpuasa hingga aku mengira beliau ini tidak pernah tidak pernah berbuka. Apabila engkau ingin melihat beliau shalat (tahajjud) di malam hari niscaya engkau akan melihatnya. Dan apabila engkau ingin melihat beliau sedang tidur niscaya engkau akan melihatnya.”
Ini menunjukkan mudahnya (amalan ini). Seorang muslim dapat mengerjakannya kapan saja yang mudah baginya. Namun, sutama-utama waktu untuk mengerjakannya adalah sepertiga malam terakhir. Hal ini berdasarkan riwayat dari ‘Amr bin ‘Abasah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya ia pernah mendengar Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Waktu di saat Allah begitu dekat dengan hamba-Nya adalah pada paruh malam terakhir. Karena itu, apabila engkau sanggup menjadi bagian dari orang-orang yang sedang berdzikir kepada Allah di waktu tersebut, maka kerjakanlah.”