Buku Anak Bait Indah Untuk Anak Muslim
Kode: BK2234A
Harga:
Rp. 65.000
Rp. 58.500 (Diskon)
Penulis: Athirah Mustadjab
Penerbit: Pinisi Samudra Ilmu
Spec Buku Bait Indah Untuk Anak Muslim:
Ukuran: 15 cm x 15 cm
Tebal: 8 Halaman Full Colour
Jenis Kertas: Boar Book (Kertas tebal yang tidak mudah rusak)
Cover: Hard Cover
Spec Buku Bait Indah Untuk Anakku:
Ukuran: 10 cm x 14,5 cm
Tebal: 50 Halaman
Resensi:
Buku ini terdiri atas dua buku:
1. Bait Indah untuk Anak Muslim sebagai pegangan anak.
2. Bait Indah untuk Anakku sebagai pegangan orangtua.
Buku Bait Indah untuk Anak Muslim kami sajikan berpasangan dengan buku Bait Indah untuk Anakku. Sebagai buku pendamping, “Bait Indah untuk Anakku” disusun sebagai bacaan orang tua, bukan konsumsi anak. Oleh sebab itu, ada bagian-bagian yang memang khusus disampaikan untuk orang tua, bukan untuk anak-anak. Bagian tersebut sengaja disertakan dalam buku ini untuk menambah pemahaman orang tua. Bila kita sebagai orang tua sudah memahami konsep tersebut dari berbagai sisi, insyaallah kita bisa menjelaskan kepada anak dengan penyampaian yang padat namun sederhana dan mudah dipahami anak.
Ide utama Bait Indah untuk Anak Muslim adalah mengenalkan anak pada satu bait yang sarat makna, yang merupakan kutipan dari kitab Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Ada getaran yang berbeda pada bait ini; sebait kata yang mengajarkan prinsip hidup yang begitu kuat.
Apa gerangan prinsip hidup tersebut?
Akidah. Ya, akidah.
Akidah adalah bagian terpenting dari tarbiyah imaniah. Akidah adalah prinsip dasar yang ditanamkan betul-betul oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sepuluh tahun masa awal dakwah di Makkah, akidah adalah bahasan yang beliau tanam tiada henti di hati para sahabatnya. Hasilnya, kita lihat harmoni kehidupan di tengah kaum muslimin. Mereka radhiyallahu ‘anhum semaksimal mungkin berusaha menjadi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Dengan pendidikan akidah inilah, kita lihat …
Si kaya tak pongah dengan harta. Bahkan, mereka berpakaian sederhana layaknya kebanyakan orang. Lalu harta dikemanakan? Untuk memenuhi hak diri dan orang yang ada di bawah tanggungannya, dengan kadar sewajarnya tanpa melampaui batas. Sembari itu, selalu mereka sediakan bagian yang besar untuk membawa harta itu di jalan Allah.
Si miskin senantiasa terjaga kehormatannya. Sampai-sampai, sulit dikenali mana saja orang yang miskin, saking cerdasnya mereka menjaga rintihan perutnya agar tak terdengar di depan orang ramai. Perut yang lapar tak membuat mereka bungkuk menghinakan diri di hadapan dunia. Baju yang seadanya … rumah yang seadanya, tak membuat mereka lancang berpanjang-tangan mencuri harta orang lain.
Si pandai bersikap tawadhu. Sayap kasih sayangnya merendah di hadapan manusia. Bagi mereka, apalah ilmu yang mereka ketahui. Tak ada kesombongan yang mereka pamerkan, karena mereka yakin bahwa semua itu semata karunia Allah.
Si manusia-biasa tetap bersemangat duduk di majelis ilmu. Sependek apa pun kecerdasan mereka dalam menangkap ilmu, hati mereka terbuka untuk menerima curahan kebaikan dari langit, melalui kalamullah dan sunnah Rasulullah.
Narasi di atas bukanlah dongeng. Namun, itulah kehidupan nyata para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Kebahagiaan dan keselamatan yang dimulai dari titik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memulai. Yaitu, dari akidah.
Harapan kami, bait sarat makna tersebut bisa dihafalkan anak. Secara beriringan, orang tua memberikan uraian kepada anak tentang bait yang dihafalnya.
Uraian itu tidak harus dipaparkan bak pelajaran agama di sekolah. Akan tetapi, bisa dijadikan bahan obrolan sehari-hari dengan anak. Semoga semakin membawa berkah dalam kehidupan kita.
***